Menurut sebuah penelitian, produsen mobil listrik di Amerika Serikat mengalami kerugian di setiap penjualan unitnya. Ekspektasi produsen terkait perkembangan penjualan kendaraan listrik belum terpenuhi bahkan membuat investor khawatir.
Di sisi lain, ekspektasi konsumen terhadap performa kendaraan listrik yang diinginkan masih sulit diwujudkan.
Sebuah studi baru dari Boston Consulting Group (BCG) menemukan fakta bahwa produsen mobil kehilangan rata-rata sekitar $6.000 (Rp 94,8 juta) untuk setiap kendaraan listrik yang mereka jual seharga $50.000 (Rp 790,7 juta), setelah memperhitungkan kredit pajak.
Ini memunculkan pertanyaan apakah produsen mobil tetap akan berinvestasi pada kendaraan listrik hingga mencapai efisiensi di mana mereka benar-benar mendapat keuntungan atau tidak.
Proyeksi pertumbuhan penjualan kendaraan listrik sebesar 70 persen pada 2023 tidak terpenuhi dan hanya mencapai 50 persen. Angka tersebut adalah angka yang besar, tetapi 20 persen di bawah ekspektasi awal.
Secara angka, peningkatan sebenarnya masih dialami. Namun, mengutip pernyataan Andrew Loh, Pimpinan Global Pusat Produksi Otomotif & Mobilitas di BCG kepada Autonews, perlambatan pada tren yang terjadi membuat perusahaan pembuat komponen (OEM) yang menggelontorkan dana miliaran dolar khawatir.
Hampir 40 persen dari total 3.000 responden mengatakan bahwa mereka ingin membeli mobil listrik sebagai kendaraan mereka berikutnya, tetapi dengan beragam persyaratan rumit yang saat ini belum banyak tersedia.
Konsumen menginginkan kendaraan listrik mereka memiliki waktu pengisian daya 20 menit, jarak berkendara 350 mil (563 km), dan memiliki harga $50.000 (Rp 790,7 juta) atau di bawahnya.
Hanya ada satu model kendaraan listrik di pasaran Amerika Serikat saat ini yang memenuhi setiap kriteria konsumen tersebut. Mobil itu adalah Hyundai Ioniq 6 SE RWD Long Range.