Vape, rokok elektrik, atau pod kini menjadi tren di kalangan remaja. Digemari karena aromanya yang beragam, bentuknya yang stylish, dan anggapan bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional.
Tapi, tahukah kamu bahwa vape sama sekali tidak aman untuk remaja? Di balik asapnya yang menipu, tersembunyi bahaya kesehatan yang mengintai.
Dilansir dari Henry Ford, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pada tahun 2019, sekitar 25% pelajar sekolah menengah dan 50% pelajar sekolah tinggi telah mencoba produk tembakau.
Peningkatan ini dikaitkan dengan popularitas produk vaping. Banyak remaja dan dewasa muda yang keliru menganggap produk vaping sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional, bahkan sebagai alat bantu berhenti merokok.
Namun, menurut Amanda Holm dari Henry Ford Health System yang juga tobacco treatment specialist mengatakan anggapan tersebut belum terbukti.
"Belum ada bukti kuat bahwa vaping efektif untuk berhenti merokok, terutama dibandingkan dengan konseling dan obat-obatan yang telah teruji," kata Holm.
"Saya khawatir vaping justru dapat memperpanjang atau memperkuat kecanduan nikotin dan meningkatkan kemungkinan orang kembali merokok."
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono juga menekankan bahwa pemahaman tersebut kurang tepat seperti yang dilansir dari Kementerian Kesehatan RI.
Rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok konvensional. Kandungan yang terdapat dalam rokok elektrik antara lain nikotin, zat kimia, serta perasa/flavour yang bersifat toxic/racun.