Kutai Kartanegara —Kasus penari viral saat peringatan HUT Desa Selerong, Kecamatan Sebulu, terus memancing reaksi warga. Klarifikasi Kepala Desa (Kades) yang disampaikan melalui media dinilai tidak masuk akal dan gagal meredakan kekecewaan masyarakat.
Sejumlah warga menilai alasan yang disampaikan kades justru bertolak belakang dengan fakta di lapangan. “Klarifikasinya tidak masuk akal, bahkan bertentangan dengan keterangan pihak lain. Warga jadi makin tidak percaya,” ungkap salah seorang warga Selerong yang enggan disebutkan namanya pada media ini, Selasa (21/10/2025).
Menurutnya, sikap kades yang jarang tampil di depan publik turut membuat masyarakat kehilangan kepercayaan. “Sejak dulu beliau jarang hadir di kegiatan kecamatan atau kabupaten. Di kantor desa pun sebulan bisa dihitung jari. Sulit sekali ditemui,” ujarnya.
Selain itu, warga juga menyoroti berbagai persoalan dalam penyelenggaraan kegiatan desa. “Setiap acara, panitia sering mengeluh. Bantuan dari desa paling-paling hanya berupa beras satu karung, padahal acara bisa berlangsung berhari-hari bahkan sebulan,” katanya.
Situasi ini disebut sudah berulang kali terjadi, namun perangkat desa tak berani menolak karena khawatir kehilangan jabatan. “Mereka takut dipecat kalau menolak,” tambahnya.
Warga juga menyoroti persoalan anggaran yang dinilai tidak transparan. “Anggaran kegiatan tidak jelas arah dan penggunaannya. Banyak kegiatan yang akhirnya tidak terurus,” keluh warga lainnya.
“Dari luar mungkin terlihat hebat, tapi di dalamnya banyak yang sengsara,” ucapnya menutup perbincangan.
Gelombang kritik warga Selerong ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap sikap dan kinerja kades dalam menanggapi kasus yang tengah viral. Warga berharap ada perhatian dan evaluasi dari pihak berwenang agar kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan desa dapat kembali pulih.